Archive for October 2019


KARAKTERISTIK DARI POTENSI HASIL SUMBER DAYA HUTAN ANGSANA (Pterocarpus indicus)

Dosen Penanggung Jawab:
Agus Purwoko, S.Hut., M.Si.

Oleh:
Bima Fauzy Mahendra Pulungan
171201137
Budidya Hutan 5











 PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019





KATA PENGANTAR

 Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmatnya penulis masih diberikan karunia berupa kesehatan dan kesempatan kepada penulis hingga saat ini sehingga penulis masih dapat menyelesaikan paper Penilaian Hutan  ini tepat pada waktunya.
Paper Penilaian Hutan yang berjudul “Karakteristik Dari Potensi Hasil Hutan Angsana (Pterocarpus indicus)” merupakan tugas mata kuliah Penilaian Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
 Penulis megucapkan terima kasih kepada semua pihak, terutama kepada dosen pembimbing Agus Purwoko, S.Hut., M.Si. yang dengan sabar telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis memohon maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun.






      Medan,   Oktober  2019
                                                           
                                     
                                                                         Penulis           




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesia sesungguhnya negeri yang sangat kaya dan unik, dengan 17.560 pulau yang tersebar di hamparan khatulistiwa, diapit dua samudera Hindia dan Pasifik, dan juga dua benua Asia dan Australia, maka dengan kondisi alam seperti itu, terkandung banyak ekosistem dengan keanekaragaman hayati yang jarang dimiliki oleh bangsa lain di dunia. Tak heran jika Indonesia menduduki peringkat pertama di dunia untuk keanekaragaman jenis kupu-kupu, nomor dua untuk mamalia, nomor tiga untuk reptilia dan sebagainya yang semuanya terhampar dalam jutaan hektar hutan dan ber mil-mil kawasan laut kita. Meskipun demikian, dari potensi yang demikian besar, belum semua bisa teridentiifikasi jenis dan sifat-sifatnya. Bahkan yang sudah teridenfikasi pun belum diketahui semua manfaatnya. Hutan hujan tropis kita berperan sangat besar dalam menjaga keanekaragam hayati atau biodiversity kita  dengan luas  total 98,56 juta ha (Statistik Kehutanan 2011), dan satu-satunya yang tersebar di ribuan pulau. Berbeda dengan hutan tropis ”raksasa” lainnya, di Brasil dan Kongo misalnya, yang hanya ”terkumpul” pada satu kawasan/daratan saja (Siarudin, dkk., 2017).
Angsana atau sonokembang (Pterocarpus  indicus)adalah sejenis pohon penghasil kayu berkualitas tinggi dari suku Fabaceae (Leguminosae, polong-polongan). Kayunya keras, kemerah-merahan, dan cukup berat, yang dalam perdagangan dikelompokkan sebagai narra atau rosewood. Pohon, yang kadang-kadang menjadi raksasa rimba, tinggi hingga 40m, dan gemang mencapai 350cm. Batang sering beralur atau berbonggol; biasanya dengan akar papan (banir). Tajuk lebat serupa kubah, dengan cabang-cabang yang merunduk hingga dekat tanah. Pepagan (kulit kayu) abu-abu kecoklatan, memecah atau serupa sisik halus, mengeluarkan getah bening kemerahan apabila dilukai. Angsana (Pterocarpus indicus) merupakan salah satu jenis kayu dari suku Fabaceae yang mempunyai potensi cukup banyak dan tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia, termasuk Indonesia bagian timur seperti Papua dan Sulawesi. Tanaman angsana telah dikenal sejak lama di berbagai negara terutama di kawasan Asia Tenggara, seperti Filipina, Malaysia, Singapura, dan Indonesia, baik sebagai tumbuhan pelindung di sepanjang jalan maupun sebagai hiasan. Tak seperti anggota marga Pterocarpus yang lain, yang menyukai wilayah Ugahari, angsana menyukai lingkungan hutan hujan tropika. Secara alami, pohon ini ditemukan mulai dari Burma bagian selatan, melewati Asia Tenggara dan Kepulauan  Nusantara hingga ke Pasifik barat, termasuk di Cina selatan (Lestari dan Yudi, 2017).
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana taksonomi/morfologi Pterucarpus indicus ?
2. Bagaimana potensi hasil dari Angsana/Sono Kembang?
3. Apa manfaat ekonomi Pterocarpus indicus ?

BAB II

ISI

1. Taksonomi/morfologi Pohon Angsana
Tanaman ini memiliki sebutan yang beragam di negara lain, seperti Apalit (Filipina), Chan deng (Laos), Padauk, sena, ansanah (Burma), Malay padauk, red sandalwood, amboyna (bahasa Inggris), Santal rouge, amboine (bahas Perancis) dan Indonesia memiliki sebutan beragam tergantung suku dan daerah, antara lain Asan (Aceh), sena, sona, hasona (Batak), asana, sana, langsano (Minang), angsana, babaksan (Betawi), sana kembang (Jawa dan Madura), dan lain.
Klasifikasi tanaman angsana, berdasarkan tingkat taksonomi sebagai berikut:
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae
Subfamili: Faboidea
Genus: Pterocarpus
Spesies: Pterocarpus indicus
Morfologi tanaman angasana dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki, yaitu:
a. batang
Pohon ini memiliki ketinggian hingga 40 m dan gemangnya mencapai 350 cm, bertajuk bulat, batang berbentuk silindris, kulit bagian luar berawarna bau-abu kecokelatan, beralur dangkal dan berlentisel.
b. daun
Daun tanaman ini adalah daun majemuk dengan menyirip gasal, berseling, anak daun terdirdi dari 5-15 daun anakan, tangkai anak daun berukuran 3-7 mm, helaian anak daun berbentuk bulat memanjang, meruncing tumpul, mengkilat, pangkal membulat, bagian tepi rata, permukaan atas daun berwarna hijau berkilau, ibu tulang daun berbulu padat, pendek, tuang daun sekunder menyirip berjumlah 10-14 pasang, tulang daun tersieer agak kabur , berbentuk jala dan daun penumpu berukuran 1-2 cm.
c. bunga
Bunga tanaman ini adalah bunga majemuk bertandan, yang terletak dibagain ujung ranting atau muncul dari ketiak daun, sedikit atau tidak bercabang, berambut coklat, berbunga banyak, panjang bunga 7-11 cm, panjang tangkai anak bunga 0,5-1,5 cm, bau bunga sangat harum. Kelopak bunga berbentuk lonceng atau tabung, bergigi 5, tingginya lebih kurang 7 mm. Mahkota berwarna kuning, daun mahkota berkuku, bendera bunga berbentuk lingkaran atau bulat telur terbalik, berlipat kuta, melengkung kembali, garis tengah lebih kurang 1 cm, lunas bunga lebih pendek dariada sayap, dan pucat.
d. buah
Buah tanaman ini adalah polong, berbentuk bulat, berwarna coklat muda, berdiameter 4-6 cm, diselimuti oleh sayap yang berukuran 1-2,5 cm, berdiameter 2-3 cm dan tebal 5-8 mm. Bakal buah berambut lebat, bertangkai pendek, bakal biji berjumlah 2-6.
2. Potensi hasil dari kayu putih
Pohon angsana merupakan salah satu pohon yang memiliki manfaat beragam dalam hidup kita, mulai dari daun hingga getahnya memiliki banyak manfaat. Pohon angsana, menghasilkan getah yang banyak. Getah angsana berwarna merah kental. Getah yang keluar dari pepagan atau kulit kayu lapisan terluar batang dan akar angsana mengental dan berwarna merah gelap/merah darah, yang disebut kino atau sangre de drago (darah naga), dan memiliki daya obat (astringensia). 
Secara tradisional, pepagan pohon ini biasa direbus dan airnya digunakan untuk menghentikan diare, sebagai obat kumur untuk menyembuhkan sariawan, dan juga untuk mengobati migrain. Kino dan ekstrak daun angsana juga dilaporkan memiliki khasiat untuk mengendalikan tumor, mengendalikan kanker, ekstrak getah batang angsana dapat pula dijadikan penyembuh dalam kasus keracunan. Djoko Hargono dkk., dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan dan Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta, meneliti uji efek antidiare infuse kulit batang angsana terhadap tikus putih jantan.
Penelitian itu dilakukan dalam rangka untuk membuktikan efektivitasnya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi pemeriksaan simplisia secara organoleptik untuk membuktikan kebenaran simplisia yang diteliti, kemudian dilakukan uji LD 50 dan efek antidiare simplisia kulit batang angsana tersebut.
Enam kelompok perlakuan tikus putih jantan terdiri atas satu kelompok negatif, tiga kelompok diberi infus kulit batang angsana, masing-masing dengan kadar 6 persen, 18 persen, dan 60 persen serta dua kelompok kontrol positif. Uji antidiare dilakukan dengan metode transit instinal. Hasil penelitian menunjukkan infuse kulit batang angsana mempunyai efek antidiare. Semakin besar dosis diberikan semakin besar efek antidiarenya.
Ekstrak etanol daun angsana (EEDA) mempunyai aktivitas penghambatan pertumbuhan yang baik pada Staphylococcus aureus, dan kurang baik pada Streptococcus pyogenes. Sediaan salep EEDA yang diuji pada penyembuhan luka buatan kulit marmut yang diinfeksikan dengan Staphylococcus aureus memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan EEDA yang tidak dalam bentuk sediaan (P<0,05). Salep EEDA hidrofil mempunyai efek penyembuhan luka kulit marmut buatan yang lebih baik dibandingkan dengan salep EEDA hidrofob dan salep gentamisin yang beredar di pasaran (P< 0,05).
3. Manfaat ekonomi pohon
Pada masa silam, kayu sonokembang merupakan salah satu kayu yang digemari penduduk Indonesia, baik karena kualitas kayunya, keindahan motifnya, maupun karena ukurannya yang besar. Karena telah hampir punah di alam, kini Indonesia praktis tidak lagi menghasilkan kayu ini dalam aras yang berarti secara ekonomi. Nasib yang hampir serupa juga dialami oleh Filipina, Papua Nugini dan Thailand tiga negara produsen utama kayu angsana. 
Manfaat untuk industry :
Kuat dan awet, serta tahan cuaca, kayu sonokembang (narra) dapat digunakan dalam konstruksi ringan maupun berat. Dalam bentuk :
- Balok
- Kasau
- Papan
- Panil Kayu
- Rangka Bangunan
- Penutup Dinding
- Tiang
- Pilar
- Jembatan
- Bantalan Rel Kereta Api
- Kayu-kayu Penyangga
- Konstruksi Perairan Bahari
- dan lain-lain.
Warna dan motif serat kayunya yang indah kemerah-merahan, menjadikan kayu sonokembang sebagai kayu pilihan untuk
- Pembuatan mebel
- Kabinet berkelas tinggi
- Alat-alat music
- Lantai parket
- Panil kayu dekoratif
- Gagang peralatan
- Venir dekoratif untuk melapisi kayu lapis dan meja berharga mahal.
Sifat kembang susutnya yang rendah setelah kering, menjadikan kayu ini cocok untuk pembuatan alat-alat yang membutuhkan ketelitian. Batang yang terserang penyakit sehingga berkenjal (monggol) menghasilkan kayu yang kuat dan bermotif bagus, yang terkenal sebagai “amboyna”. Istilah ini berasal dari nama tempat Ambon, yang pada masa silam banyak mengeluarkan kayu termaksud yang diperdagangkan sebagai linggua, kayu buku atau kayu akar (Bld. : wortelhout). Namun sebenarnya kayu berpenyakit ini, yang serupa dengan kayu gembol pada pohon jati, terutama dihasilkan oleh wilayah timur Pulau Seram.
Manfaat untuk kesehatan
Getah yang keluar dari pepagan akan mengental dan berwarna merah gelap/merah darah, yang disebut kino atau sangre de drago (darah naga), dan memiliki daya obat astringensia. Kino terdiri atas asam kinotanat dan zat warna merah. Simplisia yang digunakan untuk obat seperti :
- Kayu
- Resin merah (kino)
- Daun muda Angsana bersifat diuretik.
Menurut penelitian pada tahun 90-an Idari USU yang dikuti IPTEKnet bahwasanya pengaruh infus daun angsana terhadap penurunan kadar gula darah kelinci dibandingkan dengan tolbutamid. Dari hasil penelitian tersebut, ternyata infus daun Angsana 5 ml, 10% dan 20°Io secara oral menurunkan kadar gula darah kelinci. Pengaruh infus 10% tidak ada beda dengan 50 mg/kg bb tolbutamid, sedangkan penurunan oleh infus 20% lebih besar daripada pengaruh oleh tolbutalmid.
Secara tradisional, pepagan pohon ini biasa direbus dan airnya digunakan untuk :
1. Menghentikan Diare
2. Sebagai Obat Kumur untuk menyembuhkan Sariawan
3. Dan juga untuk mengobati Migrain
Air rendaman daun-daunnya digunakan
1. untuk keramas agar rambut tumbuh lebih baik;
2. sementara daun mudanya yang dilayukan digunakan untuk mempercepat masaknya bisul.
Kino dan ekstrak daun angsana juga dilaporkan memiliki khasiat untuk
1. Mengendalikan Tumor
2. Mengendalikan Kanker
Ekstrak getah batang angsana dapat pula dijadikan penyembuhan untuk keracunan.
Efek tumbuhan ini mirip dengan tumbuhan gambir, tapi jarang diketahui.
Oleh Etnis Gayo, air remasan daun angsana yang dicampur dengan gula aren dapat menyembuhkan demam (diminum 2-3 kali sehari).
Berjaya mengekspor kayu narra hingga 3 juta kg pada tahun 1985, produksi kayu ini terus menurun di Filipina sehingga pada dua tahun berikutnya tinggal 0,4 juta kg yang bisa diekspor. Di Papua Nugini, karena mahal nilainya, ekspor kayu ini dilarang terkecuali setelah diolah. Sementara Thailand pada tahun 1990 telah memerlukan tambahan pasokan kayu ini dari Burma dan beberapa negara di Indocina , agar ekspor kayu narra gergajian yang dilakukannya bisa tetap berlangsung. 
Manfaat Lain:
1. Angsana juga sering ditanam sebagai pagar hidup dan pohon pelindung di sepanjang tepi kebun wanatani.
2. Perakarannya yang baik dan dapat mengikat nitrogen, mampu membantu memperbaiki kesuburan tanah.

3. Karena tajuknya yang rindang, angsana kemudian juga populer sebagai tanaman peneduh dan penghias tepi jalan di perkotaan, khususnya di Asia Tenggara.

DAFTAR PUSTAKA

Siarudin, M., dkk. 2017. Keanekaragaman Hayati Jenis Pohon pada Hutan Rakyat Agroforestri di DAS Balangtieng, Sulawesi Selatan. ICRAF. Bogor.

Lestari, Dwi Wiji dan Yudi Satria. 2017. Pemanfaatan Kulit Kayu Angsana (Pterocarpus Indicus) Sebagaisumber Zat Warna Alam Pada Pewarnaan Kain Batik Sutera Utilization Of Angsana (Pterocarpus Indicus) Bark As Source Of Natural Dye In Dyeing Of Silk Batik. Jurnal Dinamika Kerajinan dan Batik , Vol. 34, No. 1, Juni 2017, 35-42
Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Angsana (15/10/2019 20:32 WIB)

Https://Manfaat.Co.Id/Manfaat-Pohon-Angsana (15/10/2019 20:32 WIB)

Http://Www.Satuharapan.Com/Read-Detail/Read/Angsana-Berpotensi-Menghambat-Bakteri (15/10/2019 20:32 WIB)

Https://Www.Jurnal.Id/Id/Blog/2018-Ketahui-Manfaat-Ekonomi-Kreatif-Untuk-Kesuksesan-Usaha/ (15/10/2019 20:32 WIB)

Http://Klorofilosofi.Blogspot.Com/2017/10/Segudang-Rahasia-Dan-Manfaat-Angsana.Html (15/10/2019 20:32 WIB)

KARAKTERISTIK DARI POTENSI HASIL SUMBER DAYA HUTAN

- Copyright © Me, Myself, and I - Big Tiddy - Powered by Blogger - Designed by Bima and Djogan -